Konservasi Ekosistem Mangrove
Rehabilitasi perlindungan rehabilitasi mangrove harus dilakukan dengan “baik dan benar” dengan memikirkan:
1. Aspek ekologis dan fisik lahan.
2. Aspek sosial ekonomi dan budaya.
3. Aspek finansial.
4. Aspek teknis kegiatan/teknik silvikultur.
5. Aspek ketenagakerjaan.
Langkah Rehabilitasi Mangrove
1. Perencanaan pengkajian prakondisi masyarakat.
2. Pelaksanaan rehabilitasi pemantauan dan evaluasi.
3. Publikasi.
Dalam rehabilitasi mangrove, tidak harus selalu menggunakan mangrove (mangrove mayor dan minor) untuk ditanam. Bila kondisi pantai adalah berpasir, maka kita bisa mempergunakan jenis asosiasi mangrove.
Perlindungan Ekosistem mangrove
1. Penetapan suatu kawasan mangrove menjadi kawasan perlindungan/konservasi
2. Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa Hutan Lindung dan lain-lain.
Teknik Rehabilitasi Mangrove
1. Melakukan perencanaan dan persiapan (fisik, biologi dan sosial ekonomi).
2. Melakukan kajian batimetri, arus, gelombang, dan pasang surut di lokasi.
3. Melakukan pembuatan Alat Pemecah Ombak (APO) jika diperlukan.
4. Memilih spesies yang sesuai dengan kondisi lokal.
Teknik Pembibitan Mangrove
1. Lahan pembibitan lapang dan datar, dekat dengan lokasi penanaman, terendam saat air pasang dengan frekuensi 20-40 kali/bulan sehingga tidak memerlukan penyiraman.
2. Buah disemaikan langsung ke kantong plastik atau ke dalam botol air mineral bekas (bagian bawah dilubangi) yang berisi media tanah.
3. Khusus untuk bakau dan tancang, sebaiknya disimpan di tempat teduh dan ditutup dengan karung basah selama 5 – 7 hari.
4. Daun muncul setelah 20 hari, setelah berumur 2 – 3 bulan bibit sudah siap ditanam.
Perlakuan Propagul Buah (Propagul)
1. Mangrove berasal dari daerah setempat, telah matang dan berkualitas bagus.
2. Tempat terlindung dari sinar matahari.
3. Lama penyimpanan maksimal adalah 10 hari.
4. Untuk penyemaian benih, maka lokasi dan perendaman kurang lebih 20 – 40 kali/bulan.
5. Siap dibibitkan di bedeng persemaian.
Pembibitan Mangrove
1. Bedeng dibuat dari bambu yang kuat.
2. Ukuran bedeng disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Umumnya berukuran 1×5 m atau 1×10 m dengan tinggi 1,5 – 2 m.
4. Bedeng diberi naungan ringan dari daun nipah, kelapa, ijuk, rumbia, alang-alang atau sejenisnya.
Pemilihan Propagul
1. Matang (tua).
2. Sehat, tidak terserang penyakit.
3. Lebih baik berasal dari pohon yang sudah tua.
Penanaman Mangrove
Lokasi penanaman biasanya dilakukan tepi pantai bersubstrat lumpur, tepian sungai yang masih terpengaruh air laut, tanggul saluran air tambak, tambak, tanah timbul, lahan kosong, pemukiman, dan lain-lain.
APO
Di sebuah lokasi yang memiliki gelombang tinggi, pemecah gelombang (baca: Apo-apo), bila diperlukan, wajib dibangun sebelum penanaman mangrove dilaksanakan, untuk melindungi bibit mangrove dari gerusan gelombang laut. Ingat, mangrove baru bisa “berfungsi”, setelah kurang lebih lima tahun.
Teknik Penanaman Mangrove
1. Langsung Menggunakan benih/buah, tingkat keberhasilan 20%.
2. Tidak Langsung Menggunakan bibit dari bedeng persemaian, tingkat keberhasilan 80%.
Sistem Penanaman Mangrove
1. Sistem banjar harian
Penanaman dengan menggunakan benih atau menggunakan bibit.
2. Sistem tumpang sari/wanamina
Prinsipnya sama dengan sistem banjar harian. Perbedaannya adalah dibuatkan tambak dan saluran air untuk budi daya sumber daya ikan.
3. Sistem rumpun berjarak.
Tips Sukses Rehabilitasi Mangrove
1. BUATLAH SATU DEMPLOT MANGROVE!
2. AMBIL, TANAM, PELIHARA.
3. Tanam 70%. Sisakan 30 % untuk penyulaman dan pemeliharaan.
4. Budidayakan buah mangrove di kebun persemaian mangrove.
5. Bentuk komunitas petani mangrove untuk memelihara mangrove.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Rehabilitasi Mangrove
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
a. Sosialisasi.
b. Pelatihan dan penyuluhan.
c. Pendidikan lingkungan
d. Pengembangan mata pencaharian alternatif.
e. Penanaman mangrove.
f. Pemeliharaan.
g. Wisata mangrove (ecotourism).
3. Monitoring dan Evaluasi
a. Penyiangan dan penyulaman.
b. Penjarangan.
c. Perlindungan Tanaman.
Hama Mangrove
1. 3W
a. Wideng (Kepiting).
b. Wedhus (Kambing).
c. Wong (Orang).
2. Hama Lain
Lumut, ganggang laut, serangga, gastropoda, teritip, scale insect, dan ulat daun.
3. Gangguan lain
Bencana alam, gelombang besar, tumpahan minyak, tsunami, dan sebagainya.
Pengertian Mangrove
Menurut Macnae (1968), mangrove berasal dari Bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Selanjutnya, menurut Tomlinson (1986) dan Wightman (1989), mangrove adalah tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut maupun sebagai komunitas.
Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau, walaupun ini tidak tepat, karena bakau adalah nama lokal untuk menyebut salah satu jenis mangrove, yaitu Rhizophora.
Habitat Mangrove
1. Pesisir pantai teluk yang terlindung.
2. Pulau di lepas pantai.
3. Laguna.
4. Muara sungai.
5. Delta.
6. Rawa.
Ciri Ekosistem Mangrove
1. Memiliki jenis pohon yang relatif sedikit.
2. Memiliki akar tidak beraturan, misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau (Rhizophora spp), serta akar yang mencuat ke atas (vertikal) seperti pensil pada Pidada (Sonneratia spp) dan pada Api-api (Avicennia spp).
3. Memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau telah berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora.
4. Memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Karakteristik Unik Mangrove
1. Buah.
2. Kelenjar garam.
3. Sistem perakaran.
Syarat Hidup Mangrove
1. Tropis dan subtropis 32° LU – 38° LS.
2. Tropis, penyinaran matahari penuh.
3. Suhu diatas 22°C.
4. Curah hujan tinggi (2500 – 3000 mm/th).
5. Di daerah terlindung.
6. Dataran lumpur/mud-flat luas dan jauh.
7. Deltaic.
8. Perbedaan pasang tertinggi dan surut terendah jauh.
Faktor Yang Mempengaruhi Mangrove
1. Iklim.
a. Tropis, penyinaran matahari penuh.
b. Suhu diatas 22°C.
c. Curah hujan tinggi (2500 – 3000 mm/th).
2. Bentuk Pantai
a. Terlindung.
b. Daratan lumpur luas.
c. Delta.
3. Gradien Fisika dan Kimia
a. Perbedaan pasang tertinggi dan surut terendah jauh.
b. Salinitas.
c. Unsur hara tanah (ketebalan lumpur).
4. Penyebaran Propagul
a. Melalui air
b. Kaitannya dengan pasang-surut
c. Ukuran propagul diduga juga berpengaruh
Penyebaran Mangrove Dipengaruhi
1. Salinitas.
2. Unsur hara tanah melalui air.
3. Kaitannya dengan pasang-surut.
4. Ukuran propagul.
5. Pre-dispersal biasanya oleh serangga.
6. Post-dispersal oleh kepiting.
7. Kompetisi antar jenis, individu dan zonasi.
Jenis-jenis Mangrove
1. Komponen Utama (Mangrove Mayor)
a. Secara taksonomi terisolasi dari “saudaranya” yang hidup di darat.
b. Secara alami hanya hidup di hutan mangrove.
c. Sering membentuk tegakan murni (bergerombol).
2. Komponen Tambahan (Mangrove Minor)
a. Bukan elemen nyata ekosistem mangrove.
b. Biasanya ditemui di bagian tepi/ perbatasan habitat mangrove.
c. Jarang membentuk tegakan murni (bergerombol).
3. Asosiasi Mangrove
a. Tidak dijumpai tumbuh di komunitas mangrove sesungguhnya.
b. Sering dijumpai sebagai tumbuhan darat.
Akar-akar Mangrove
1. Akar Pasak (pneumatophore)
2. Akar Lutut (knee root)
3. Akar Tunjang (stilt root)
4. Akar Papan (buttress root)
5. Akar Gantung (aerial root)
Flora dan Fauna Mangrove
Biota di mangrove bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu di bagian bawah substrat, di substrat dan di atas substrat (arboreal).
Contoh flora mangrove, diantaranya Rhizophora mucronata, Aegiceras corniculatum, Avicennia alba, Avicennia marina dan lain-lain.
Ancaman Mangrove
1. Pengambilan kayu.
2. Pembukaan tambak.
3. Reklamasi lahan.
4. Sampah.
5. Aktifitas merugikan lainnya.
Bagaimana Keberadaan Ekosistem Mangrove Bisa Terancam?
1. Pemanfaatan yang salah dan berlebihan.
2. Pengambilan kayu.
3. Alih fungsi lahan.
4. Reklamasi.
5. Aktivitas merugikan lainnya.